Mengenai Saya

Foto saya
blitar, jawa timur, Indonesia
wHERE therE is a wiLL...therE is a way !! good lucK!!!!!!
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SRENGAT'S HISTORY SITE


history of mountain pegat



        This post just as a place to practice final exam. Few have stories, one form of my final exams in the form of a paper on the phenomenon in the area I come from MOUNTAIN HISTORY.

        


               Once upon a time there was a puppet characters are named Semar, Gareng, Petruk.
They told him to take a place in rock gunung.tiba suddenly nowhere to go yet until the broken pole and ultimately accuracy jagopun audible sound indicating it was already pagi.Merekapun panic yoke was broken into their dua.mengapa panic ..? ??
Because before they left shoulder told ramanya stone, his father was told "not to change the day in the morning that night had done" because they can be sentenced from three ramanya, if their sentence is not until the end that night will be a very dahyat and arguably weird.
Finally, it was also the scene, they did not get the job done at night, so the dahyat that they thought the suspect was not happening before my eyes. Mountains they passed suddenly split or broken into two separate parts of the three, and in the end they swear if there was a new bride who pass this way these parts, their home life will soon be broken or pegat (pegatan Javanese term ).




          Oath Semar, gareng.petruk becomes reality until now. Each person / new pengatin going through there going pegat or broken household, but different and permanent residents except residents there.



       And in the end the mountain is called MOUNTAIN pegat, mountain apart. Events of ancient history that raised the mountain.


        Well, this post was enough that I can review the history, I am looking for the source area know the origin of this mountain stands the didesa Srengat, bagelenan-Blitar, East Java. JURPEL (keepers of ancient heritage interpreter), Mr. MUNAJEP, he was born in the year 1945 until now probably about his age ^ 68 ^ years. Thanks to him I was able to share information about MOUNTAIN pegat historical dig this.

   
"LET OUR YOUTH TO GENERATION, SUCCESSORS FUTURE THAT CAN APPRECIATE THE SERVICE HISTORY HEROES AND APPRECIATE heritage ancestors of ancient times."

Who else if not all of us can lift the history of our times, a period full of sheer luxury of sharing, people are blinded by the glitz of property, so the young man can be proud of the nation and the state "should not be displaced heritage / extinction by modern times '

STILL MAINTAIN and take care ...
trying to be a responsible young man.





                                                               author
Meilina mandasari


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

GUNUNG PEGAT


SEJARAH GUNUNG PEGAT
            Dahulu kala ada seorang tokoh pewayangan yaitu bernama semar,gareng,petruk.
Mereka disuruh Ramanya untuk memikul batu yang bertempat di gunung.Tiba-tiba belum sampai tempat yang dituju pikulan tersebut patah dan pada akhirnya ketepatan suara jagopun terdengar menandakan hari sudah pagi.Merekapun panik karena pikulan tersebut patah menjadi dua.mengapa mereka panik..????
Karena sebelum mereka pergi disuruh ramanya memikul batu,Ramanya sempet berpesan “jangan sampai hari berganti pagi malam itu juga harus selesai” karena mereka bertiga dapat hukuman dari ramanya tersebut,jika hukuman mereka tidak sampai selesai pada malam itu juga akan terjadi hal yang sangat dahyat dan bisa dibilang aneh.
            Akhirnya hal itu pun kejadian ,mereka tidak bisa menyelesaikan tugasnya  pada malam itu juga,sehingga hal yang dahyat yang tidak mereka sangka-sangka terjadi didepan mata.Gunung yang mereka lewati tiba-tiba terbelah atau pecah menjadi dua bagian yang memisahkan antara mereka bertiga,dan pada akhirnya mereka bersumpah apabila  ada seorang pengantin baru yang melewati jalan belahan ini,kehidupan rumah tangganya mereka tidak lama lagi akan pecah ataupun pegat (pegatan istilah jawanya sih).Sumpah semar,gareng.petruk pun menjadi kenyataan hingga sekarang ini. Setiap orang / pengatin baru lewat situ bakalan terjadi pegat atau putus rumah tangganya,tetapi beda dan terkecuali penduduk tetap warga situ.
            Dan pada akhirnya gunung tersebut dinamakan GUNUNG PEGAT, gunung yang terpisah. Peristiwa zaman dulu yang mengangkat sejarah gunung tersebut.
Nah,postingan kali ini cukup itu yang dapat saya ulas sejarahnya,sumber ini saya cari tau didaerah asal gunung ini berdiri yaitu didesa Srengat,begelenan,jawa timur. JURPEL(juru pemelihara peninggalan sejarah) yaitu bapak MUNEP,beliau lahir pada tahun 1945 hingga sekarang mungkin kira-kira usia beliah ^68^ tahunan. Berkat beliau lah saya bisa berbagi informasi menggali sejarah tentang GUNUNG PEGAT ini.


“MARILAH KITA MENJADI GENERASI PEMUDA, PENERUS MASA DEPAN YANG DAPAT MENGHARGAI JASA PARA PAHLAWAN SERTA MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH NENEK MOYANG PADA ZAMAN PURBAKALA”.

Siapa lagi kalau bukan kita semua yang dapat mengangkat sejarah dimasa ini,masa yang penuh dengan berbagi kemewahan belaka,manusia sudah dibuta kan oleh kemewahan harta,jadi jadilah pemuda yang bisa dibanggakan oleh bangsa dan negara “jangan sampai peninggalan sejarah tergusur / punah oleh zaman modern “

TETAP JAGA DAN RAWATLAH...
mencoba menjadi pemuda yang bertanggung jawab.

                                                                                               Penulis 
Meilina mandasari 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments7

PITONAN.....!! why ?

"Mengingat dulu dari tulisan yang terdahulu “imajinasi dan doa dibalik kandungan calon ibu”. ....
apakah harus dilakukan,,sakral gac sihh...????
dosa gac sih,,,????
pada binggungkan aku aja sebagai penyusun juga bingung koq,,,,tapi tenang aja aku kasih tau dech..???

  •   Postingan ini hanya sebagai ajang berlatih ujian akhir. Sedikit punya cerita, salah satu bentuk ujian akhir semester saya berupa paper mengenai fenomena bahasa di daerah asal. Nah, karena saya berasal dari GEMBONGAN, BLITAR,  sebuah desa kecil yang notabene penduduknya terlalu banyak yang renta karena kebanyakan para pemudanya justru bersenang-senang di luar kota (termasuk saya :( ), saya akan sedikit saja mengulas tentang sebuah tradisi yang alhamdulillah sampai sekarang masih dipertahankan. Namun yang saya bingungkan, sepertinya paper saya nanti akan sedikit melenceng dari tujuan semula, yaitu bentu-bentuk fenomena bahasa di daerah asal. Saya sedikit khawatir, jangan-jangan isi paper saya nanti malah mengenai seluk beluk dan tetek bengek pitonan, bukan istilah-istilah yang ada dalam pitonan.
Namanya pitonan, dari kata pitu yang berarti tujuh. Pitonan ini merupakan suatu tradisi, lebih tepatnya upacara, untuk merayakan tujuh bulannya seorang anak ketika dia sudah lahir, bukan ketika masih di dalam kandungan. Inilah bedanya pitonan di desa saya dengan pitonan atau mitoni di daerah lain, karena notabenya hampir mirip.



Langkah upacara pitonan ini adalah:



  •  Adik bayi yang berusia tujuh bulan tersebut dimandikan dengan  air yang dicampur dengan bunga setaman. Istilah bunga setaman ini muncul karena bunga yang digunakan adalah bunga-bunya yang ada di taman si empunya upacara, seperti bunga mawar, melati, bugenvil, dan beberapa bunga rumput. Kebetulan, rumah saya tidak banyak bunga, jadi beberapa dari bunga itu epek (metik) dari pekarangan keluarga yang lain  . Oh iya, tidak lupa, nenek-nenek yang memandikan juga membacakan doa yang saya belum jelas doa apa saja yang dibaca. Yang saya dengar adalah hewes hewes hewes. Nenek yang memandikan pun ndak sembarangan. Musti nenek yang sudah dipercaya memegang anak kecil, maksudnya yang sudah berpengalaman “sayang” kepada anak kecil atau ahli dibidang itu.
  • Setelah adik bayi berusia tujuh bulan itu selesai dimandikan, adik bayi itu lalu didandani: dipupuri, diberi pakaian yang bagus, dan diberi mahkota dari janur. Dipupuri itu diberi bedak, tapi bukan sembarang bedak, melainkan bedak bayi yang wangiiii….lalu dipakaikan baju yang bagus (biasanya baju baru): kalau cewek pakai rok, kalau cowok pakai celana (oh iya, kalau cewek sudah ditindik telinganya). Dandan terakhir, dipakaikan mahkota dari janur. Mahkota ini ndak bernama, tapi bermakna: semoga adik bayi ini nanti bisa menjadi pemimpim seperti raja.
             Sesi mempercantik dan memperganteng diri selesai. Adik bayi yang sudah seperti bidadari dan malaikat itu kini digendong orang tua dan berfoto ria.

    Selesai berfoto… beralih ke sebuah tempat yang cukup lapang. Ada dua benda di sana, tangga dari tebu yang dihias kertas sumbo (saya tidak begitu tahu namanya. Pokoknya kertas itu kalau dimasukkan ke air, airnya akan berwarna seperti kertas itu. Ya merah, hijau, kuning) dan kurungan yang juga berhias kertas sumbo plus ayam jago di dalamnya.
              Dibantu orang tuanya, khususnya sang bapak, adik bayi tersebut naik tangga. Tangga yang terbuat dari tebu itu memiliki tujuh anak tangga. Artinya: semoga adik bayi ini nanti dapat mencapai langit ketujuh a.k.a nirwana a.k.a surga. Kenapa musti tebu? Karena tebu itu manis sehingga jalan yang ditempuh untuk mencapai nirwana tidak pahit dan mulus. Kenapa musti dibantu orang tua? Karena adik bayinya belum bisa jalan sendiri  . Pada bagian ini, orang-orang yang merupakan tetangga sekitar dan sanak sodara bertepuk tangan riuh dan memberi semangat. Apalagi waktu adik bayinya duduk di puncak tangga. Dia tersenyum lebar sehingga moment seperti ini adalahmoment paling pas untuk take a pic.....hehe
    Setelah naik tangga sebagai lambang langkah menuju surga… saatnya masuk ke kurungan ayam. Lagi-lagi, adik bayi ini ndak sendirian. Dia musti ditemani oleh orang lain, bisa sodara bisa tetangga. Yang pasti sang penemani itu harus anak kecil,Maksimal usia anak kelas empat SD.
              Di dalam kurungan itu hanya ada ayam, tak ada benda lain. Itulah bedanya dengan upacara tujuh bulanan yang lain. Pitonan di desa saya ini tak ada acara memilih benda, yang ada adalah memegang benda. Dan benda itu adalah ayam jago. Ini sebagai lambang keberanian, karena manusia sekecil itu harus berani memegang ayam, juga makna dari ayam jago itu sendiri yang bagi masyarakat di desa saya sebagai lambang seorang pemberani.
               Sesi cita-cita surga dan keberanian selesai… saatnya sesi membagi-bagi rejeki. Ini adalah sesi yang paling-paling-paling ditunggu oleh para tetangga. 
            # Sesi bagi-bagi rejeki ini ada dua bagian: yaitu selamatan yang dihadiri anak-anak dan selamatan yang dihadiri bapak-bapak.
    ~ Selamatan anak-anak ini namanya kenduren lumpang(kenapa namanya kenduren lumpang? wahh…ini kesalahan saya! Saya lupa bertanya apa arti frasa ini. Padahal ini termasuk penting kan yaaaa…). Di kenduren lumpang ini, anak-anak yang sudah sejak awal melihat proses pitonan adik bayi, mulai dari mandi hingga masuk kurungan ayam jago, diberi makanan dalam pincukan. Isi makanannya: nasi, sayur pepaya, lalapan tumpang (parutan kelapa, kecambah, dan kangkung), sayur tahu, telor, dan ayam. Oh iya, sebelum diberi makanan ini, ada tradisi yang sangat disukai anak kecil… yaitu sebaran duit (menyebar uang). Nenek atau bibi dari adik bayi itu menyebar uang receh yang diletakkan di besek (tumbu, dulunya tempat mencuci beras) yang berisi beras yang diberi pewarna kuning, bunga, dan uang receh. Dulu waktu saya kecil, uang recehnya berupa pecahan 25 hingga seratus rupiah, tapi sekarang berkembang menjadi lima ratus hingga seribu rupiah. Juga ada kompetisi: siapa yang paling banyak meraup uang, dialah pemenangnya. Uniknya, tak ada hadiah atau imbalan atau sesuatu untuk diberikan kepada pemenang ini. Bagi anak-anak itu, kebanggaan saja sudah cukup.
    Selesai kenduren lumpang, anak-anak itu pulang: makan dengan lahap di rumah dan membelanjakan uang hasil jerih payahnya). Sisa pitonan dibersihkan karena selamatan gedhe akan dilangsungkan.
    ~Mereka adalah bapak-bapak sekitar rumah sang empunya pitonan. Selamatan seperti kenduri biasa: berisi doa agar adik bayi yang dipitoni bisa sukses dunia akhirat. Sesuatu yang akan terus menemani ke mana pun adik bayi itu pergi, tumbuh, dewasa, dan melangkah jauh: doa dari mereka yang pagi itu merasa sangat bersyukur mendapat sarapan gratis. Terlepas dari itu, masyarakat di desa saya masih memiliki kadar kebersamaan tinggi: kesenanganmu adalah kesenangan kami)...

                        hmmmm,,,selesai juga upacara atau yang diberi nama ADAT PITONAN ini. semoga postingan saya kali ini bermanfaat bagi yang ANDA-ANDA PENGUNJUNG blog saya.
    sekian adapun kesalahan kata atau ungkapan saya yang kurang berkenan,saya sebagi penulis mohan maaf,karena manusia tidak luput dari KESALAHAN.


        SEKIAN DAN TERIMA KASIH

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0